80 Tahun Merdeka: Sejauh Mana Cita-Cita Kesehatan Terwujud?

Posted on

Kemerdekaan Kesehatan: Cita-Cita yang Masih Harus Dicapai

Pada bulan Agustus 2025, Indonesia genap berusia 80 tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk sebuah bangsa. Selama delapan dekade ini, bangsa Indonesia telah melalui perjalanan panjang dalam meraih kemerdekaan. Namun, apakah rakyat benar-benar merasakan kemerdekaan dalam hal kesehatan?

Kemerdekaan dulu diraih dengan perjuangan keras melawan penjajahan. Kini, perjuangan dilanjutkan dengan memastikan setiap rakyat Indonesia dapat merasakan kemerdekaan dalam kesehatan. Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Jaminan kesehatan nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan menjadi salah satu instrumen utama dalam mewujudkan cita-cita tersebut.

Namun, meskipun JKN telah mencakup lebih dari 240 juta penduduk, realitasnya masih jauh dari harapan ideal. Perbedaan akses layanan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih terasa sangat jelas. Di perkotaan, fasilitas kesehatan modern tersedia dengan mudah. Sementara itu, di daerah pedesaan, kekurangan tenaga medis, obat-obatan, dan alat kesehatan masih menjadi tantangan besar.

Tantangan dalam Sistem Asuransi Kesehatan

Sistem BPJS Kesehatan belum sepenuhnya memberikan layanan yang optimal. Banyak rakyat mengeluh tentang proses administrasi yang rumit, antrian yang panjang, serta batasan layanan yang tidak selalu sesuai harapan. Beban biaya pengobatan juga membuat anggaran pemerintah defisit. Pasien rujukan sering mengalami kesulitan mendapatkan tempat tidur di rumah sakit, bahkan ada yang ditolak atau diminta pindah ke rumah sakit lain.

Selain itu, puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan sering bekerja di bawah tekanan. Kekurangan tenaga, keterbatasan obat, dan alat kesehatan yang usang membuat pelayanan kurang memadai. Terkadang, pasien yang seharusnya bisa ditangani di tingkat puskesmas justru dirujuk ke rumah sakit karena intervensi dari kerabat atau pejabat. Hal ini menyebabkan rumah sakit terlalu padat.

Masalah Kesehatan yang Semakin Kompleks

Permasalahan kesehatan di Indonesia semakin kompleks. Penyakit menular seperti demam berdarah dan tuberkulosis masih sulit dikendalikan. Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan kanker juga meningkat, bahkan mulai menyerang kalangan muda. Stunting juga menjadi ancaman serius bagi generasi emas 2045.

Tantangan ini hanya bisa dijawab dengan fokus pada promosi dan pencegahan, bukan hanya pengobatan. Sayangnya, upaya promosi sering kali kalah menarik dibanding iklan gaya hidup modern seperti rokok elektrik dan makanan instan.

Akar Masalah yang Menghambat Kemerdekaan Kesehatan

Beberapa faktor menghambat pencapaian kemerdekaan kesehatan. Pertama, kebijakan yang belum sepenuhnya pro-rakyat kecil. Program-program besar sering kali tidak tersentuh oleh masyarakat miskin. Kedua, fokus terlalu besar pada upaya kuratif, sementara pencegahan dan promosi hanya sebatas kampanye seremonial. Ketiga, distribusi tenaga medis tidak merata antara perkotaan dan pedesaan. Keempat, literasi kesehatan yang rendah dan faktor ekonomi yang lemah membuat kesadaran akan pentingnya kesehatan menjadi rendah.

Langkah-Langkah untuk Memperkuat Kemerdekaan Kesehatan

Untuk mencapai kemerdekaan kesehatan, beberapa langkah perlu dilakukan. Pertama, memperkuat layanan primer seperti puskesmas, posyandu, dan klinik desa. Kedua, mereformasi BPJS Kesehatan agar sistemnya lebih efisien dan transparan. Ketiga, meningkatkan budaya kesehatan berbasis kearifan lokal, termasuk pemanfaatan pangan lokal dan gerakan senam sehat. Keempat, merevolusi mental pelayanan agar lebih ramah dan inklusif.

Tahun 2025 adalah momen penting dalam sejarah bangsa. Kemerdekaan kesehatan bukan hanya tentang berobat gratis, tetapi memastikan masyarakat sehat tanpa perlu berobat. Tugas kita adalah melanjutkan perjuangan ini dengan kebijakan yang menyentuh, pelayanan tanpa diskriminasi, dan kesadaran sosial menjaga kesehatan bangsa.